Jangan Asal Kenyang: Mengapa Evaluasi Gizi Itu Menyelamatkan?

Di tengah maraknya tren kuliner dan produk instan yang menggoda, kita sering lupa bertanya: apa sebenarnya yang kita makan? Banyak orang menilai makanan hanya dari

Redaksi

Evaluasi Gizi
Evaluasi Gizi. Sumber: pexels

Di tengah maraknya tren kuliner dan produk instan yang menggoda, kita sering lupa bertanya: apa sebenarnya yang kita makan? Banyak orang menilai makanan hanya dari rasa dan harga, padahal di balik setiap suapan ada komposisi gizi yang menentukan kesehatan dalam jangka panjang. Evaluasi nilai gizi bukan sekadar istilah laboratorium, melainkan langkah sederhana untuk memahami apa yang masuk ke tubuh kita setiap hari.

Secara sederhana, evaluasi gizi berarti menilai kandungan zat seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral dalam makanan. Cara ini dapat dilakukan melalui Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) atau analisis proksimat di laboratorium. TKPI menyajikan data gizi bahan pangan per 100 gram bagian yang dapat dimakan (BDD), sedangkan analisis proksimat digunakan untuk mengetahui kadar lemak, protein, karbohidrat, air, dan abu. Melalui metode ini, ahli gizi dapat menilai mutu gizi pangan lokal mulai dari tempe hingga mie berbahan daun kelor.

Namun, pemahaman nilai gizi bukan hanya untuk peneliti. Konsumen juga bisa melakukannya lewat label gizi yang tercantum pada kemasan. Label ini berisi informasi dasar seperti kalori, lemak, protein, gula, dan natrium per sajian. Menurut BPOM, pencantuman label gizi wajib dilakukan produsen untuk membantu masyarakat memilih makanan yang sesuai kebutuhan. Sayangnya, banyak yang masih mengabaikannya, padahal kebiasaan membaca label terbukti dapat membantu mencegah penyakit akibat pola makan tidak seimbang seperti obesitas dan hipertensi.

Jasa Penerbitan Buku dan ISBN

Berbagai penelitian menunjukkan penerapan nyata evaluasi gizi di Indonesia. Seperti halnya pada penelitian tentang cookies kombinasi tepung sagu dan kacang merah (Ramdany et al., 2021), nugget ikan tuna dengan substitusi sayuran (Juhartini et al., 2022), serta mie berbahan kelor (Lanita dan Halim, 2023). Hasilnya membuktikan bahwa evaluasi gizi membantu mengidentifikasi sekaligus meningkatkan mutu nutrisi produk pangan lokal, serta membuka peluang pengembangan pangan yang lebih sehat dan bernilai ekonomi tinggi.

Sayangnya, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya evaluasi gizi masih rendah. Banyak yang berpikir selama perut kenyang dan rasanya enak, berarti sudah cukup. Padahal, kenyang belum tentu bergizi. Budaya “asal kenyang” perlu diubah melalui edukasi sederhana dan berkelanjutan. Pemerintah, akademisi, dan media punya peran besar dalam membangun kebiasaan membaca label dan memahami gizi agar masyarakat lebih sadar terhadap apa yang dikonsumsi.

Menjadi masyarakat sadar gizi tidak berarti harus menghitung kalori setiap hari. Cukup dengan memahami dasar gizi dan memperhatikan label pangan, kita sudah selangkah lebih maju menuju pola makan yang sehat. Karena sejatinya, makan bukan sekadar untuk kenyang, tetapi untuk hidup lebih sehat dan bermakna.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2005). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.06.51.0475 tahun 2005 tentang Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan [Internet]. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Juhartini, J., Fadila, F., dan Sumaryaningsih, I. (2022). Estimasi nilai gizi pada nugget ikan tuna substitusi sayuran. Jurnal Kesehatan, 15(2), 159-166.

Lanita, U.,    dan   Halim, R. (2023). Analisis proksimat dan organoleptik pada produk mie berbahan kelor sebagai pangan sehat.Jurnal Endurance, 8(1), 1-10.

Ramdany, R., Kamaruddin, M., Pongoh, A., dan Suryani, E.  A.  (2021).  THE daya terima dan kandungan gizi cookies tepung sagu kombinasi tepung kacang merah dengan penambahan   sari   buah   merah. Jurnal Healthsains, 2(2),235-241.

Penulis: Aura Putri Azarine – Teknologi Pangan – Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 

Tags

Related Post

Ads - Before Footer