Lemper strawberry Cerpen Ahmad Sobirin

PROFILE PENULIS PRINSIP “Di puji tidak Terbang, di Hina? Ya Hina balik dong yakali gak di Counter” Nama Lengkap : Ahmad Sobirin Nama Pena :

Regional

Lemper strawberry
Lemper strawberry Cerpen Ahmad Sobirin

PROFILE PENULIS

PRINSIP

Di puji tidak Terbang, di Hina? Ya Hina balik dong yakali gak di Counter

Nama Lengkap : Ahmad Sobirin

Nama Pena : Lemper Strawberry

Tempat Tanggal Lahir : Kendal, 14 February 2004

Akun Instagram : @inisial_s.id

Telepon : 083836245983

Lemper Strawberry merupakan Nama Pena dari Ahmad Sobirin, Lahir di Kendal pada Tanggal 14 February 2004 bertepatan dengan Hari Valentine, berasal dari Kendal, Jawa Tengah, Indonesia, saat ini sedang melanjutkan Pendidikan di salah Satu Universitas di Kendal, sekaligus bekerja Freelance di salah satu Usaha rumahan di Kendal.

Mualai berkecmpung dalam Bidang Penulisan sejak Kuliah Semester 2 karena tuntutan Tugas, Bercita-cita menjadi Orang Sukses nantinya, entah berprofesi sebagai apa nantinya yang penting Sukses.

CATATAN / NOTE

Cerita ini hanyalah Fiksi, semua kesamaan Tempat, Kejadian, Nama Tokoh, Alur Cerita, hanyalah Imajinasi dari sang Penulis/Pengarang Cerita tidak lebih.

Apabila ada kesamaan dari semua Point di atas Penulis/Pengarang Cerita memohon Maaf sebesar-besarnya, karena Penulis/Pengarang Cerita tidak bermaksut menyinggung siapapun.

Hormat Saya penulis/Penyusun Cerita:

~Lemper strawberry~

OPERASI KODE MERAH

Di balik jendela gelap kota besar yang sedang tidur, seorang agen rahasia bernama Alex bersembunyi di antara bayangan. Dalam misi terbarunya, dia ditugaskan untuk mencuri data rahasia dari pusat keamanan terbesar di negara. Alex sudah berlatih untuk momen seperti ini: tenang, dingin, dan siap menghadapi apa pun.

Di malam yang dingin dan hujan, Alex merayap masuk melalui ventilasi yang rumit. Setiap gerakan sudah terencana. Namun, nasib tak selalu berpihak; di ruang kontrol utama, dia terjebak oleh seorang penjaga. Pertarungan singkat pun terjadi di kegelapan, suara dan bayangan saling berkejaran.

Darah mengalir di lantai saat Alex terus bergerak menuju server pusat. Setelah perjuangan keras, dia akhirnya mendapatkan data yang dicari hanya dengan menekan satu tombol.

Dengan hati-hati, dia melarikan diri dari gedung, berusaha menghindari lampu dan mata-mata musuh. Di tengah hujan yang semakin deras, Alex berhasil keluar, membawa pulang kemenangan dari misi berbahaya ini. Tapi, kemenangan itu hanya bertahan sebentar.

Saat Alex melompat ke sepeda motornya, ledakan mengguncang malam. Gedung yang baru saja dia masuki kini terbakar. Telinganya berdenging, tahu bahwa ini bukan kecelakaan—tapi upaya menghapus jejak. Tak seorang pun boleh tahu.

Alex menyalakan motornya dan melaju dengan cepat melintasi jalanan malam. Di balik jaket kulitnya, ada flashdisk yang berisi data penting. Di belakangnya, dua mobil hitam tak bertanda mulai mengejarnya.

Tentu saja, kejar-kejaran terjadi. Suara peluru memecah keheningan pagi. Alex belok tajam ke gang sempit, melalui jalan-jalan kumuh yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. Dia sangat mengenal kota ini. Dengan sedikit keberuntungan, dia bisa sampai ke markas cabang.

Tapi musuh mereka bukan sembarangan. Salah satu mobil mereka menghalangi jalan. Alex tak punya pilihan lain dan melompat dari motornya, berlari ke gedung terbengkalai di pinggir kota. Dalam kegelapan, hanya ada suara napas dan langkah kakinya.

Tiba-tiba—BRAK!—seseorang menariknya dari belakang. Pertarungan jarak dekat berlangsung. Pukulan saling bertemu. Pisau melukai lengannya. Meski berdarah, Alex lebih cepat. Dengan jurus bela diri yang dia pelajari sejak remaja, dia berhasil menjatuhkan lawan dan melarikan diri ke atap.

Di sana, sebuah helikopter hitam muncul dari kabut, dan seorang pria berjas keluar—Direktur Hamid, atasannya yang dianggap telah mati setahun lalu.

Aku tahu kamu bisa,” kata Hamid dengan senyum lebar. “Sekarang serahkan datanya.

Alex mundur sedikit. “Jadi, kamu hidup… dan bekerja sama dengan mereka?

Hamid hanya tertawa kecil. “Kamu terlalu pintar untuk tetap hidup, Alex.

Belum sempat membalas, suara tembakan terdengar. Bukan dari Hamid, melainkan dari arah pintu atap. Rekan lama Alex, Nadia, muncul dengan senjata laras panjang, wajahnya menunjukkan kemarahan.

Waktunya membalas,” katanya singkat.

Pertarungan di atap pun terjadi, di bawah cahaya helikopter dan tembakan. Darah, dendam, dan pengkhianatan bercampur di udara dingin. Namun pada akhirnya, ketika helikopter terbakar dan Hamid jatuh tertembak, Alex dan Nadia berdiri sebagai pemenang.

Misi selesai. Tapi bagi Alex, perang baru saja dimulai. Tiga minggu kemudian, di tempat rahasia, dia duduk di depan layar komputer. Data yang dia ambil menunjukkan sebuah konspirasi besar—ini bukan hanya soal satu negara, tapi seluruh jaringan intelijen dunia.

Saat dia mengetik kode baru, dia berbisik pada dirinya sendiri: “Operasi berikutnya… akan jadi yang paling berbahaya.

Tags

Related Post

Ads - Before Footer